Bangkitlah mahasiswa!!
Mengkritik mahasiswa apatis
Assalamualaikum wrwb,
Salam mahasiswa!! salam perlawanan!!
...إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ...
"Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri"
            Siapa yang tidak tahu potongan ayat dari surah ke 13 (Ar-Ra’ad) ayat  11 ini mempunyai dampak fenomenalogis dalam sebuah tindakan aliran kesadaran manusia. Jika diteliti lebih mendalam maknanya sangat luas bahkan berdampak besar untuk perubahan gen pemikiran mahasiswa yang apatis menjadi masif. Ditambah lagi sang proklamator kemerdekaan dan bapak perjuangan dalam negara ini, negara indonesia yaitu Ir Soekarno sebagai presiden pertama sekaligus yang membawa negeri ini merdeka. Dalam pidato memperingati hari ulang tahun proklamasi (HUT PROKLAMASI 1964)  beliau menyampaikan sebuah kalimat yaitu “firman Tuhan inilah gitaku, Firman Tuhan inilah harus menjadi Gitamu : “innallahu yu ghoiyiru ma bikaumin, hatta yu ghoiyiru ma biamfusihim”. “Tuhan tidak merubah sesuatu bangsa sebelum bangsa itu merubah nasibnya”. Dengan demikian dapat dikatakan berlakunya hukum kausalitas terhadap lingkungan pribadi dan lingkungan orang banyak. Sehingga sebab kekuatan untuk merubah sesuatu akan berdampak pada perubahan yang menyeluruh dan inilah yang selalu digemparkan oleh dunia sebagai “agent of change”.
            Mahasiswa sebagai agen perubahan tentu harus mengetahui dan menganalisis sendiri gelar apa yang sedang dipikulnya sekarang ini. Gelar mahasiswa bukan lah hanya sebatas kata-kata yang diimpikan untuk menyelesaikan tugas kuliah kemudian kerja, mempunyai anak, cucu dan meninggal masuk surga. Akan tetapi gelar mahasiswa merupakan representatif dari kebesaran Tuhan yang maha segala, maka tidak patut jika gelar mahasiswa disandang dengan orang yang apatis, tidak peka terhadap perubahan, terhadap lingkungan, tidak ada keinginan untuk merubah sebagai agent of change, tidak memliki jiwa religiusitas, intelektualitas dan humanitas. Sekarang inilah yang perlu dipertanyakan pada diri mahasiswa yang apatis, apakah mereka masih dapat dikatakan sebagai mahasiswa? yang kerjanya hanya kuliah memikirkan diri sendiri, memiliki nilai tinggi, lulus tercepat dan fokus untuk kesejahteraan pribadi kemudian apakah mereka yang mampu merubah bangsa ini?.
            Beranjak dari tokoh-tokoh dunia dengan orang terkaya di dunia ini, Bill Gates sebagai penemu Microsoft, Mark Zuckeberg dengan ciptaan facebook, Jack Dorsey dengan penemu twitter, Steve Jobs dengan perusahaan Apple yang dia miliki dan masih banyak lainnya tokoh-tokoh yang juga menginspirasi dalam kesuksesan pun banyak yang tidak selesai kuliah. Kemudian Bapak Soekarno pun pernah membuat kuliahnya terbangkalai karena disibukan dengan organisasi dan politik, dimana saat menjadi mahasiswa Ia berpidato di ribuan orang di mana pidatonya membakar semangat rakyat untuk memerdekakan negeri ini. Sehingga perlu diketahui menjadi mahasiswa bukan sekedar kuliah saja, namun harus didampingi dengan kegiatan-kegiatan yang menimbulkan kepedulian terhadap sesama untuk berubah menjadi lebih baik. Bangsa ini sekarang sedang rapuh generasi penerus yang memiliki rasa kepedulian yang tinggi, maka dari itu mahasiswa adalah sebagai generasi penerus tampuk pimpinan. Bukan mahasiswa yang apatis nantinya meneruskan kepemimpinan negeri ini melainkan mahasiswa yang aktif pergerakannya, yang masif dalam membawa perubahan, dan membangun negeri secara produktif serta jangan heran jikalau nantinya negeri ini lebih maju.
            Tidak dapat dipungkiri lagi mahasiswa yang apatis akan terus ada untuk menghantui negeri ini, maka dari itu perlunya kesadaran berpikir yang ditanamkan bagi para mahasiswa untuk menghindari salah jalan tersebut. Kesadaran berfikir tentu memiliki tingkatan-tingkatan diantaranya adalah:
1.      Magis (pasrah)
Kesadaran magis ini adalah kesadaran pemikiran yang paling rendah dimana seseorang hanya berperilaku normatif, tidak dapat mencapai batasan-batasan yang membuat seseorang tersebut menolak kemaunnya. Seakan-akan semua keadaan di dunia bahkan yang terjadi pada dirinya sendiri hanyalah takdir belaka, pasrah akan kebodohan, kemiskinan dan tidak ada keinginan untuk menjadi agen perubahan.
2.      Naif (lugu)
Kesadaran naif berada di atas kesadaran magis, dimana seseorang telah paham akan keadaan dirinya sendiri namun masih belum dapat mengatur dengan jelas bagaimana seseorang tersebut membawa dirinya kesuatu permasalahan kemudian menyelesaikannya. Mereka sadar akan kondisi mereka dalam kebodohan, kemiskinan dan ada keinginan untuk merubah keadaan tersebut tetapi solusi yang ditawarkan tidak solutif.
3.      Kritis
Kesadaran kritis adalah kesadaran ideal yang biasanya dimiliki seseorang dalam menyelesaikan kondisi yang dialaminya. Seseorang telah memiliki kesadaran kritis karena mereka telah bisa memetakan suatu permasalahan dan solusi yang ditawarkan adalah solusi pemecah masalah yang tersistematis. Kesadaran kritis juga membuat orang berperilaku analitis terhadap suatu permasalahan kemudian mengimplementasikan secara kritis, tidak sembarangan dan penuh perhitungan. Dalam hal ini Ibu kita Kartini sebagai pelopor Emansipasi Wanita merupakan tindakan yang solutif bagi kaum perempuan untuk bangkit melawan pada saat penjajahan waktu itu.
4.      Transformatif
Kesadaran transformatif adalah puncaknya kesadaran pemikiran kritis. Berbicara soal kesadaran transformatif yaitu seseorang sudah bisa memetakan dirinya keranah praksis. Dimana dalam ranah praksis ini seseorang tersebut memberikan nilai-nilai perubahan yang membekas untuk suatu perubahan. Kedudukan kesadaran transformatif ini juga diselaraskan dengan apa yang diniatkan, dan diucapkan melalui perkataan serta dilakukan dengan amal tindakan yang bersifat komprehensif. Bapak proklmator Ir soekarno memberikan kesadaran transformatif bagi mahasiswa untuk tetap menjaga kedaulatan negeri ini.
            Sebagai mahasiswa kita perlu mengetahui sekarang kita berada di posisi yang mana, dan kemana selanjutnya kita akan melangkah. Karena mahasiswa yang apatis akan menghasilkan bangsa yang apatis pula, tidak relevan dengan perkembangan zaman, terjadi kejumudan berfikir, kemudian mengalami stagnasi di bidang perekonomian, politik, sosial dan budaya. Sekarang masih kah semua mahasiswa menganggap remeh gelar mahasiswa yang dipikulnya? Jawabannya tentu tergantung dimana tingkat kesadaran mahasiswa tersebut sekarang ini,
#salamprogresif
#salamperubahan
IMMawan Febi Fauzan Azmi

HIKMAH IMM FT

Komentar